Loading

Tumpah Ruah Perasaan dan Catatan Bersama BEKAL Pemimpin04 April 2022


Bangga, haru, hingga masih tak percaya bahwa perjalanan pembelajaran selama setengah tahun ini telah selesai. Bersama semua perasaan yang campur aduk, saya harus menerima kenyataan itu dengan berlapang dada. Padahal, dari pikiran terdalam, saya masih merasa seperti baru kemarin memulai dan mengenal orang-orang luar biasa yang memiliki niatan besar tentang keberlanjutan peradaban ini.

Minggu 12 September 2021 saat acara kelulusan kelas BEKAL Pemimpin 2021, dari meja kerja, pikiran saya diajak menyusuri lorong waktu. Ragam perasaan larut dalam pencarian keping-keping memori tentang perkenalan dengan mereka, calon pemimpin masa depan yang merindukan perubahan berkelanjutan, adil, dan berkearifan. Ingatan-ingatan mengagumkan tentang pembelajaran bersama mereka pun kian menyesakkan dada.

Di tengah rasa bangga bisa mengikuti penuh pembelajaran BEKAL Pemimpin, saya makin menyadari banyak pekerjaan rumah yang telah mengantre untuk segera diselesaikan. Bukan hanya tentang tanggung jawab moral terhadap sesama, tetapi juga kepada alam yang telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita. Untuk menyelesaikannya pun, tak bisa kita melakukannya sendiri. Nilai luhur gotong royong yang kini kian terkikis, kenyataannya punya andil besar untuk mendorong inovasi sistem tepat sebagai solusi permasalahan kehidupan.

Bersama dengan itu, pelbagai nilai yang didapatkan dari pembelajaran BEKAL Pemimpin akhirnya membuka kesadaran terdalam saya dalam pendambaan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Mulai tentang nilai keterbukaan seorang pemimpin untuk melakukan perubahan yang masif di seluruh sektor, hingga komitmen yang mengakar pada setiap pemimpin. Keduanya merupakan kunci yang harus ada dalam jiwa pemimpin masa depan.

Lebih jauh, setidaknya saya menangkap empat faktor pendukung yang dapat menjadi motor penggerak dalam mencapai level pengelolaan berkelanjutan. Pertama, tentang penerapan ilmu pengetahuan perlu ada dalam setiap regulasi dan kebijakan, mengkalkulasi lebih banyak manfaat bersama dalam setiap implementasi, peran kelembagan yang jelas dan proporsional, serta terakhir tentang nilai-nilai kearifan lokal dan keluhuran.

Tak kalah penting, dalam mencari sumber permasalahan diperlukan penerapan teori gunung es (iceberg) untuk menemukan informasi dari yang paling dasar, hingga ke permukaan untuk mendapatkan model intervensi yang bersifat win win solution. Selain semua ini, berikut sejumlah hal penting lain yang paling saya rasakan selama pembelajaran.

Baca selengkapnya: Tumpah Ruah Perasaan dan Catatan Bersama BEKAL Pemimpin